THE PRETTIEST WINNIE 🔞
tags: EXPLICIT; handjob, fingers sucking, lots of kissing, 30% of using dirty local words, kitchen sex, praise!kink, flirty!winnie & dominant!masbie. total words: 2.652 words. the additional scenes for the last “LONELY WINNIE” oneshot
Please read the 1st narration before going straight to this version. You might get confused of the scenes below if you didn't read the version 1.0, thank you.
That's it.
Sorot sayu dan sendu yang terpancar dari sepasang obsidian kecoklatan Winnie, juga genangan air mata yang berkumpul di balik pelupuk, semakin menambah kesan seksi, nakal dan cantik dalam diri sang hybrid.
Kalimat terakhir Winnie, that asked for the big dick, sukses membuat Bright kesusahan menelan salivanya sendiri.
Bright mengambil nafas dalam, lalu menghembusnya secara perlahan. Tak ada satu detik pun ia alihkan pandangan dari sosok yang sudah mengangkang pasrah penuh permohonan.
Rasanya, ribuan kata pujian tak jua mampu menggambarkan sosok Winnie yang terlihat amat sempurna di matanya. Meskipun sudah hampir satu tahun berlalu Winnie hadir dan mewarnai hari-harinya, Bright terkadang masih sering merasa bingung akan eksistensi hybrid tersebut. Tapi tidak apa, Bright masih belajar.
Kehadiran Winnie jelas menjadi hadiah tersendiri yang pernah singgah dalam hidupnya. And he is so grateful for that.
Bright menyentuh dagu si kucing manis, diusapnya lembut bagian tersebut sebelum diangkat sedikit, dan akhirnya Bright memajukan wajahnya untuk kembali memagut ranum mengkilap Winnie dengan mesra. Lelaki itu mengagumi setiap lumatan yang ia berikan pada sang hybrid, pun juga menikmati setiap balasan yang Winnie lakukan di bibirnya.
Cup, Bright menyudahi tautan bibir keduanya dan memberikan sebuah kecupan kecil penuh rasa gemas di bilah bibir Winnie sebelum ia memundurkan wajahnya, menciptakan jarak.
Tangan kanan dan kiri Bright bergerak mengelus sisi tubuh Winnieă…ˇ di lengan kanan dan di paha kiri. Dari jarak yang tidak begitu jauh, Bright mengucapkan seuntai kalimat yang berhasil membuat si hybrid merona malu-malu.
“Winnie wants Mas's kontol? Hm? Where do Mas should give it to Winnie?”
Satu kali lagi, tanpa aba-aba, Bright menggoda lubang senggama Winnie dengan jari telunjuknya, “di sini, kah?”
Lalu tangan kiri Bright naik menyentuh permukaan bibir Winnie yang terbuka kecil, memasukkan sedikit ujung ibu jarinya ke dalam sana, pun juga menekannya lembut, “atau di sini?” Nafas Winnie tercekat, aura dominasi sang tuan mampu membuat seluruh tubuhnya meremang sempurna.
Winnie melirik ibu jari tangan Bright yang menggantung di belah bibirnya. Dengan penuh percaya diri, ia julukan lidahnya keluar untuk menggoda jari sang tuan. Diam-diam, Bright mau mati rasanya menghadapi Winnie yang semakin hari, semakin menunjukkan kelebihannya yang cukup bisa membuat Bright geleng-geleng kepala. This naughty baby is quite good at flirting.
Satu alis Bright bertaut menyambut pergerakan Winnie, “Winnie suka mengulum jari Mas?”
Ah, apa itu mengulum? Winnie bertanya-tanya dalam hati. Dengan polos, ia menyentuh ibu jari tangan Bright dan menariknya menjauh. Sorot penuh nafsu yang awalnya memadati kedua matanya kini berganti dengan binar yang sarat akan tanda tanya.
Sambil menggenggam ibu jari Bright dengan tangan kirinya, Winnie memiringkan kepala, “mengulum itu apa, Masbie?”
“Mengulum ituㅡ” Bright menggantung ucapannya sambil terus menatap lurus pada sang hybrid. Winnie terlihat begitu penasaran, cuping telinganya bergerak naik – turun beberapa kali. Lambat laun Bright menukar posisi ibu jarinya dengan jari telunjuk dan kembali membawanya sampai ke depan bibir si Manis. Diusapnya pelan bagian tersebut, membuat Winnie nyaris hilang fokus. “Winnie membiarkan sesuatu ada di dalam mulut Winnie,”
“Seperti ini,” Bright membelah bibir atas dan bawah si hybrid, lalu melesakkan jari telunjuknya untuk masuk.
“Lalu Winnie sedikit bermain-main dengan sesuatu yang ada di dalam mulut Winnie. Winnie bisa mengisap, menjilat, menggigit atau mengemut benda tersebut. And in this case, Mas's finger is the only thing that could get in to Winnie's mouth,”
“Now, do Mas's finger gently. Suck it.”
Perintah Bright adalah mutlak. Apapun yang diucap oleh sang tuan, adalah sebuah kewajiban.
Lantas Winnie dengan jiwa penurutnya langsung menyentuh jari telunjuk Bright dengan lidahnya, menjilat semua bagian yang bisa ia jangkau, lalu mengisap ujung jari telunjuk sang tuan seraya kepalanya bergerak maju dan mundur sesekali.
Sepertinya kabut birahi sudah kembali menguasai si hybrid. Sorot mata Winnie yang semula sempat dipenuhi dengan rasa penasaran kini sudah berganti dengan sorot yang sarat akan permohonan juga hasrat yang ingin segera dipenuhi. Tatapan sayu dan sendu yang selalu jadi candu bagi Bright, kini terlihat di sepasang mata cantik itu.
Winnie is the prettiest when he's full of lust.
Kepala Winnie masih bergerak maju – mundur – maju – mundur, menikmati jari telunjuk Bright yang sudah basah. Ketika dirasa cukup, Bright menangkup sisi wajah si Manis, dan menarik jarinya keluar. Satu kali lagi, ia hadiahi sebuah pagutan manis di bibir Winnie yang mulai membengkak.
Lalu saling melempar senyum sesaat setelah ciuman mereka berakhir.
“Winnie is really good at it,” dielusnya penuh sayang kedua paha si hybrid, “thank you, cantik.” ucap Bright.
Winnie masih terus memusatkan seluruh atensinya pada sang tuan. Tatapan penuh wibawa dan perintah namun tetap diselimuti kelembutan dan kasih sayang di sepasang mata Bright seolah mengunci segala pergerakan kucing manis itu.
Jari-jari panjang milik Winnie bergerak kecil di bahu Bright, menunggu langkah selanjutnya yang akan diambil oleh sang dominan.
Winnie mengerjap sesaat begitu Bright mengangkat satu kakinya ke atas bahu, di sebelah kanan. Tangan si Manis terpaksa harus menopang bobot tubuhnya sendiri di atas meja, sambil berusaha agar posisinya tidak juga mempersulit sang tuan.
Bright mengendus betis putih miliknya. Winnie mengerang, deru nafas Bright menyapu rata permukaan kulit kakinya. Winnie tak kuasa menggigit bibir bawahnya saat Bright mengikutsertakan lidah di setiap geraknyaă…ˇ ia sedang dijilati, betis kaki kirinya mulai basah dan Bright berhenti tepat di atas anklet emas dengan motif kupu-kupu di pergelangan kaki sang hybrid.
Cup, lembut, manis, juga mesra. Bright mengecup gelang kakinya, berulang kali.
Winnie diam-diam tersenyum melihat tingkah sang tuan. Bright, bisa menjadi sangat liar ketika bercinta tapi juga bisa menjadi sangat lembut dan penuh kasih sayang ketika sedang mempersiapkan dirinya.
Seperti sekarang, kecupan-kecupan sang tuan mulai menyambangi titik-titik sensitif lain di kaki Winnie. Tidak hanya itu, Bright juga mengelus bagian yang tidak terjangkau oleh bibirnya. Mengusahakan agar Winnie tetap dalam keadaan tenang dan nyaman.
“So pretty… so pretty…” Bright bergumam pelan seraya bibirnya terus membubuhi kecupan demi kecupan di kaki si hybrid.
Mmmhhh, susah payah Winnie menahan desahannya. Setiap kecupan yang diberikan Bright nyatanya mampu membuat kucing manis itu merinding bukan main. Bright dan bibirnya, adalah kelemahan terbesar Winnie.
Setelah puas memanjakan tungkai jenjang Winnie, Bright kembali menegakkan tubuhnya. Keduanya berjumpa dalam tatap, kecantikan Winnie tak urung membuat lelaki itu berhenti menggerakkan telapak tangannya mengelus paha dalam si hybrid.
“Where do Winnie want to get fucked by Mas, hm?”
Yang ditanya tampak berpikir sebentar.
Winnie, saat sedang bingung atau sedang berpikir, pasti tanpa sadar akan mengerucutkan bibirnya. Hal tersebut membuat Bright diam-diam mengulum senyum, lalu satu kali lagi ia mengendus dan mencium kaki Winnie dengan gemas.
Dengan jahil, hybrid itu menggoyangkan kakinya yang sedang berpangku di atas bahu Bright, “uhm, di sini?”
“Winnie yakin? Tidak akan sakit duduk di atas meja seperti ini?”
Winnie berdehem ringan, “it is fine, Masbie. Masbie bisa memasuki Winnie sambil berdiri, lalu Winnie akan duduk mengangkang seperti ini.” Dan dalam satu gerakan, Winnie menarik kakinya dari bahu Bright dan berusaha mengatur posisi duduknya untuk mengangkangi sang tuan dengan benar.
Winnie mengangkat kemeja putih milik Bright yang dipakainya, membiarkan perut dan dadanya ikut terekspos di hadapan si lelaki dominan. Bright mengangguk, kemudian berdehem menyahuti jawaban si Manis, “okay, tapi kalau Winnie merasa sakit atau lelah, Winnie bisa mengatakannya pada Masbie, ya?”
“Okay, Masbie!”
Lalu tanpa mengulur-ulur waktu, Bright meraih kejantanannya yang masih berdiri dengan begitu tangguh. Bright mengocok kejantanannya sepelan mungkin, berusaha memancing Winnie yang lagi dan lagi harus menahan malu juga rona merah di pipi.
“M-masbie,”
Bright bergumam, “yes, pretty?”
“Boleh kah Winnie saja yang mengocok penis Masbie?”
Bright tidak langsung menyahut, ia malah mempercepat tempo kocokannya, “that's not how Winnie is supposed to say when Winnie asks for Mas's dick.”
Upsie, Winnie lupa… Lantas dengan malu-malu, Winnie kembali membuka bibirnya dan berujar, “Masbie,”
“Iya, sayang?”
“Boleh kah Winnie saja yang mengocok kontol besar Masbie? Winnie mau menyentuh kontol Masbie, mau bermain-main dengan kontol Masbie, mau meremas kontol Masbie, mauㅡ”
Belum sempat Winnie menyelesaikan ucapannya, Bright yang sudah kepalang gila dengan kata-kata sang hybrid pun langsung meraih bibir merah mudah favorit-nya itu, membuat Winnie terpaksa harus menelan bulat-bulat seluruh perkataannya.
Bright memagut bibirnya agak tergesa-gesa, mengulum dan mengisap bibir atas Winnie dengan terburu-buru. Puas membuat Winnie lupa dengan ucapannya barusan, Bright menahan bibir bawah Winnie di dalam bibirnyaă…ˇ di antara deretan gigi atas dan juga bawah miliknya, to be exact.
Cup, cup, cup, Winnie terkekeh geli merespon kecupan bertubi-tubi yang Bright berikan. Masbie is always whipped for kissing…
“Boleh 'kan, Masbie?”
Bright berpura-pura tampak sedang berpikir. Well, mana mungkin lelaki itu bilang 'tidak' pada sang hybrid?
“Oke, boleh, butㅡ” Winnie yang baru saja akan menyentuh batang kemaluan Bright langsung menatap sang tuan dengan ekspresi kesal ketika ia dengar ada kata 'but' di ujung kalimat yang diucap Bright.
“But Mas needs to get the lubricant first.”
Ah, no… Winnie jadi harus menunggu… tapi mengingat kebiasaan Bright yang selalu menggunakan cairan lubrikasi sebelum menyetubuhinya pun, mau tidak mau Winnie menganggukkan kepala.
Bright mengusap sayang surai tebal dan pipi kanan Winnie, “you wait here.”
“Jangan terlalu lama, Masbie…”
Ah, lucunya, Bright jadi semakin gemas karena Winnie sudah tidak sabaran. “And do not touch yourself while Mas is away, okay?”
NOOOOO, Masbie…
Bright pun mulai menjauh dari pandangan si hybrid. Winnie menatap kejantanannya yang berdiri tegak tanpa bisa disentuh di sela-sela pahanya. Bibir bawahnya mengerucut, ketika ia lihat kepala kejantanannya berdenyut meminta perhatian.
Both his legs are still widely opened. Tangan kanan dan kirinya juga masih bertumpu di atas meja dapur, masih dengan kuat menahan bobot tubuhnya yang sejak tadi berada di bawah kuasa dominasi Bright.
Tidak butuh waktu lama, sang tuan pun kembali dengan sebotol lubricant di tangan kirinya. Celana bahan yang sebelumnya dipakai Bright pun sudah tidak ada. Lelaki itu melangkah kembali menuju dapur dengan tubuh yang sudah polos, tanpa ada sehelai benangpun yang menutupi.
Winnie merenggut saat kejantanannya bergerak kecil penuh antusias menyambut kehadiran Bright. Ingin sekali menenangkan si adik kecil, tapi sang dominan sama sekali tidak memberikannya izin.
Sekarang Bright sudah kembali masuk ke tengah-tengah kaki Winnie yang terbuka lebar. Bright menuangkan sebagian isi dari botol lubrikasi yang dibawanya ke telapak tangan kiri Winnie, “do Mas gently, okay.”
Winnie yang paham akan maksud dari ucapan sang tuan pun langsung menangkup batang kemaluan Bright dengan tangan kirinya yang sudah diberi cairan lubrikasi. Winnie dengan perlahan-lahan melumuri kejantanan Bright dengan cairan itu, mengusahakan agar seluruh bagian properti Masbie-nya terlapisi dengan sempurna.
Winnie bablas menaik-turunkan telapak tangannya di sana. Ia dengan penuh antusias mengocok, pun juga mengurut kejantanan Bright yang semakin detik berlalu, semakin mengeras.
Bright yang tahu kalau Winnie semakin menginginkannya pun mendesah, tepat di depan wajah si hybrid yang sedang berkonsentrasi, “such a naughty baby.”
Winnie tidak menyahut, ia justru semakin bersemangat mengocok kejantanan Bright yang kian berdiri tangguh. Jari-jarinya dengan apik menangkup dua bola kembar yang menggantung di pangkal kejantanan sang tuan, meremasnya kuat hingga membuat sang empunya mengerang berat.
“Ahhhh,” desahan Bright, adalah melodi yang indah bagi Winnie. Semakin Bright mendesah, semakin Winnie aktif bergerak memuaskan kejantanannya.
“Okay, stop,” ujar Bright, dan Winnie langsung menurut. Kedua sudut bibirnya diam-diam terangkat melihat kejantanan Bright yang kian membesar dan berkedut lucu.
Lalu dalam hitungan detik, Bright membawa kedua tungkai Winnie untuk melingkar di pinggangnya. Bright, satu kali lagi, mengocok kejantanannya sendiri. Setelah dirasa Winnie sudah siap, Bright pun memposisikan batang kejantanannya tepat di depan lingkar cincin lubang senggama si Manis.
“Kalau Winnie merasa sakit, bilang pada Mas, okay?”
Winnie mengangguk, “o-okay...”
Bright perlahan-lahan melesakkan batang kejantanannya masuk ke dalam lubang Winnie. Di detik-detik pertama, Bright beberapa kali menghentikan gerakannya karena Winnie terlihat tidak nyaman.
“It is okay, Mas will do it slowly,” Bright turut mengelus pinggang polos Winnie untuk menyalurkan rasa tenang.
Sedikit demi sedikit, batang kejantanan Bright mulai menembus dinding rektumnya. Winnie mati-matian menggigit bibir bawahnya agar tidak mendesah pun juga menjerit kesakitan.
Bright, berulang kali, menggumamkan “it is okay, it is okay, it is okay, Winnie,”
“Ahhh,” Bright berhasil menembus masuk dan langsung menemukan prostatnya. Winnie mendesah, Masbie-nya mulai bergerak maju dan mundur, ia sangat merindukan Masbie-nya…
Bright menghujam lubang senggama Winnie perlahan-lahan. Dua tangannya masih senantiasa mengelus pinggang dan paha sang hybrid. Winnie yang semakin dikuasai gairah pun tak mampu berbuat banyak selain mendesah, mendesah dan mendesah.
Nafasnya mulai terengah-engah, lagi. Kepalanya terhempas ke belakang, hujaman Bright terlalu nikmat.
Tubuhnya terhentak-hentak mengikuti irama genjotan Bright yang kian cepat.
“Mmmhh, M-masbie,”
Bright terus-menerus menghujamnya, melampiaskan rindu yang tertahan pada si Manis lewat setiap gerakannya.
Melihat Winnie yang tak berhenti mendesah, juga wajahnya yang mulai basah oleh peluh dan diselimuti ekspresi keenakan, membuat Bright tidak tahan untuk kembali menangkup wajah si hybrid dan memagut bibirnya.
Selain sorot mata sayu dan candu, Bright juga candu pada ranum merah muda kucing manis itu.
Bright berulang kali menumbuk titik pusat Winnie, membuat si Manis harus bablas mendesah di sela-sela ciuman keduanya.
Cup, satu kecupan Bright berikan di sudut bibir kiri Winnie, lalu dirinya kembali fokus untuk menggenjot, menghujam, dan membelah lubang senggama Winnie dengan mutlak.
“Winnie can touch yourself now,”
“Ahhh, thank you Masbie, mmmhhㅡ” sambil membiarkan tubuhnya terhentak-hentak di atas meja dapur, Winnie turut mencari kepuasan pada kejantanannya.
Hybrid manis itu mengocok adik kecilnya dengan pelan, terlalu mudah terdistraksi dengan hujaman Bright dan terlalu menikmati setiap tumbukan yang ia dapat di pusat tubuhnya.
“Winnie, do Winnie like how kontol Mas destroy Winnie's hole? Aaahhh,”
Winnie mengulum bibir bawahnya sebentar, “y-yes,” katanya.
“Yes what, hm?”
Masih sambil mengocok kejantanannya sendiri, Winnie dengan susah payah berusaha menjawab pertanyaan sang tuan, “W-winnie suka sekali, M-masbie… *Winnie likes how Masbie's kontol destroy Winnie's hole.”
“Ahhh, sayang,” Bright semakin menghujam dengan kuat, cepat.
Winnie yang semakin keteteran dengan segala stimulan yang didapat pun memilih untuk berhenti mengocok penisnya dan memeluk leher jenjang Bright.
“Winnie is so close, mmmmhㅡ” Winnie menjatuhkan kepalanya di bahu kanan Bright, “bolehkah Winnie mendapatkan orgasme, Masbie?”
Bright berdehem pelan, “boleh,” tubuh Winnie semakin terhentak kuat ketika Bright memperdalam hujamannya, “tapi bareng sama Mas, ya? *Mas is about to come too,”
“Aaaah, Masbieㅡ”
Butuh sekitar lima kali hujaman lagi, Winnie pun menjemput putihnya. Tubuhnya lemas, nafasnya terengah-engah seraya cairan putih mulai keluar dari lubang penisnya dan membanjiri batang kemaluan serta perutnya.
Bright masih bergerak kecil, lelaki itu belum keluar, masih memberi waktu bagi Winnie untuk menikmati pasca orgasmenya.
“Masbie can move again,”
“You sure?” tanya Bright.
Winnie mengangguk, “yes, Winnie is ready,”
Dan Bright kembali menghujam lubang senggama Winnie dengan cepat. Tidak sekuat sebelumnya, tapi hanya butuh sekitar lima hujaman, Bright akhirnya menjemput putihnya.
Bright keluar di dalam Winnie.
Cairannya memenuhi lubang sang hybrid.
Winnie merengkuh tubuh tegap Bright untuk dipeluk, lalu tangan halusnya bergerak mengelus punggung telanjang sang tuan.
“Thank you, Masbie. Winnie is so happy...”
Bright menyahuti ucapan Winnie dengan sebuah deheman, bibirnya mulai sibuk menjamah perpotongan leher Winnie dengan kecupan-kecupan ringan, “thank you for being a good boy while Mas is away, sayang.”
Bright mengelus surai Winnie lembut, “Winnie tidak bertengkar dengan June selama Mas pergi ke luar kota?”
“Tidak, Masbie. Winnie selalu menurut pada June, dan June membelikan Winnie es krim stroberi, hehehe.”
Satu kali lagi, Bright mengecup leher Winnie, “Mas is done with my own orgasm, now let's clean up all the mess we made here.”
Bright melepas pelukan keduanya perlahan-lahan. Lalu dengan penuh kehati-hatian, lelaki itu menarik keluar kejantanannya dari dalam lubang senggama Winnie.
Bright juga menurunkan kedua kaki Winnie, membuat hybrid manis itu duduk dengan posisi sempurna di atas meja.
Terverifikasi sebagai budak ciuman, Bright pun lagi dan lagi membawa Winnie ke dalam sebuah ciuman panjang. Ia memagut mesra bibir atas dan bawah Winnie bergantian, seraya tangannya mengelus paha Winnie dengan penuh sayang.
Cup, sebagai penutup, Bright memberikan sebuah kecupan di pipi kiri Winnie.
Lalu tanpa kata, lelaki itu beranjak menuju meja makan dan mengambil banyak tissue dari sana.
“Mas bersihin kamu sebentar, habis itu kita mandi. And, what do Winnie want to eat tonight? Pizza? Chicken?”
“CHICKEEEEEN!!! WINNIE WANTS CHICKEN!!!”
. . .
JEYI // 210531.