Lonely Winnie 🔞

“It's been two days… and Winnie is going crazy...”

Satu tangan si kucing manis bertumpu di sisi wastafel, sedangkan satu tangannya yang lain mulai bergerak memompa dada sebelah kanan. Tubuh semampai berkulit putih bak porselen milik Winnie sesekali menunduk menahan sensasi yang tercipta, desahan berat turut tertahan di ujung lidah, tidak tuntas ketika akan diucap.

Winnie meremas dada kanannya lagi, kali ini lebih kuat, “Where is Masbie's touch that Winnie deserves...”

Dua hari tanpa Bright, nyatanya mampu membuat Winnie menggila dengan ilusi yang terasa begitu nyata.

tags: EXPLICIT; *solo masturbating, fingering, handjob, chest play, kissing, licking, flirting, 30% of using dirty words, kitchen sexㅡ praise!kink 🔞 total words: 3.333 words.


Cahaya matahari yang menembus lewat celah jendela memaksa sesosok human animal untuk mengerjapkan kelopak matanya. Samar-samar Winnie membuka sepasang matanya yang terpejam, berusaha keras untuk beradaptasi dengan sinar yang masuk ke dalam kamar.

Huhhh, seuntai helaan nafas panjang terhembus dari belah bibir si kucing manis. Winnie menoleh ke sisi kiri ranjang hanya untuk bertemu kekosongan di sana.

Tidak ada Masbie-nya. Tidak ada sosok seorang lelaki muda yang biasanya akan selalu bablas tidur sampai jam 11 ketika libur.

Tidak ada Bright, sang tuan. Semua kesepian yang menyambut paginya sudah terjadi kurang lebih selama dua hari. Bright, sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota and what's worse is… Winnie tidak bisa ikut menemani.

Seperti hari kemarin, Winnie lagi dan lagi harus membuat sarapan dan menikmati menu paginya seorang diri. Sekarang sudah pukul 8 pagi, June pasti sudah berangkat kuliah.

“Sendiri lagi… uhng,”

Mau tidak mau, Winnie pun menyibak selimut tebal yang menutupi tubuhnya sampai ke batas bahu. Rasa dingin langsung menyapu permukaan kulit sang hybrid yang ternyata… full naked, tanpa sehelai benang.

Sepasang mata Winnie membelalak kaget, rona merah mulai memenuhi pipi berisinya yang seperti buah persik dan seketika rentetan ingatan akan kejadian semalam melintas dalam benak si kucing manis.

Malu-malu, Winnie menggigit kecil bibir bawahnya, kelopak matanya ikut menutup tergesa-gesa, ia memejam.

“Malu, malu, malu,” Winnie menggerakkan kedua kakinya agak brutal dari balik selimut. Nafasnya mulai memburu di kala potongan-potongan aktivitas tidak senonoh yang semalam ia lakukan, kembali berputar dengan jelas.

Winnie deg-degan. Deg-degan sekali… Hybrid itu seolah baru memperoleh warasnya kembali. Seketika pertanyaan-pertanyaan seperti “Kenapa Winnie telanjang? Kenapa Winnie merasa lengket sekali? Kenapa Paha dalam Winnie basah? Kenapa adik kecil Winnie berdiri tegak?” mulai memenuhi kepalanya.

Winnie lupa apa namanya, Masbie pernah bilang tapi Winnie kesulitan untuk mengingat. Satu hal yang ia tahu, semalam dirinya melakukan pelepasan seorang diri. Hanya dengan membayangkan sosok Bright yang bergerak lembut menghentak di dalamnya, sambil melirihkan ucapan-ucapan penuh godaan, Winnie bisa menjemput putihnya.

“M-mas… mastrubasi? maturbasi? M-mas… masturbasi? Ah, susah sekali… Winnie tidak tahu.” Winnie jadi pusing sendiri.

Bright terbiasa tidur sambil memeluk tubuhnya. Sang tuan juga terkadang suka mengusap-usap perut dan pinggangnya, sesekali Bright akan membawa tangannya bergerak naik dan turun di permukaan kulit perut dan dada milik si hybrid, dan Winnie… dua hari ini… begitu merindukan sentuhan Masbie-nya.

Bibir bawah Winnie mengerucut lucu, “Winnie rindu sekali pada Masbie…” kucing manis itu merenggut sedih, absennya eksistensi sang tuan benar-benar membuat manusia kucing itu kesepian.

Winnie menepuk-nepuk sisi ranjang yang kosong, seakan-akan memperjelas ketiadaan figur yang dirindukan.

Lalu perlahan-lahan Winnie bangkit dari posisi tidurnya. Telapak kakinya menyentuh permukaan lantai, seolah sudah jadi kebiasaan, Winnie menggoyang-goyangkan kakinya agar anklet yang menghiasi pergelangan kakinya bisa menciptakan bunyi gemerincing yang lucu. Tring… tring… tring…

Hanya dengan mendengar suara itu, sudut bibir merah muda Winnie terangkat mengulas sebuah senyum tipis. Cuping telinganya yang lancip ikut bergerak penuh antusias.

Winnie memandang gelang kakinya satu kali lagi. Satu kata, cantik.

Puas dengan rutinitas pagi yang tak bisa ditinggal begitu saja, Winnie beranjak meninggalkan ranjang dan melangkah menuju kamar mandi. Tubuh polosnya memasuki ruangan lembab yang berukuran cukup besar, melebihi ukuran kamar mandi di unit apartemen milik Bright sebelumnya.

Winnie berhenti tepat di depan wastafel berbahan dasar batu marmer. Di hadapannya terpampang sebuah cermin besar yang memantulkan tubuh tingginya.

Winnie terdiam sesaat, matanya menyipit kala ia mendapati sebuah bekas keunguan yang mulai pudar tepat di dekat tulang selangkanya.

It's Masbie's kiss mark. Winnie semakin merindukan tuannya…

Kran air mulai menyala. Suara air yang mengalir sukses mengisi kekosongan si hybrid yang mulai membasuh wajahnya. Winnie mengambil sabun cuci muka, lalu mengoles cairan nan harum itu untuk memenuhi seluruh titik di wajahnya.

Seperti yang diajarkan Bright, Winnie membersihkan wajahnya mulai dari pipi kanan dan kiri, hidung, pelipis, dahi, jarak antara bibir dan hidung, dagu, bawah dagu, leher dan juga telinga. Ketika dirasa semua bagian sudah disapu oleh cairan sabun, Winnie segera mengguyur busa yang tercipta dengan air.

Sempurna. Kucing manis itu terlihat cantik dengan kedua pipi berisi yang merona.

Selesai dengan urusan wajah, Winnie meraih sikat gigi berwarna hijau miliknya. Sama seperti apa yang diajarkan sang tuan, Winnie pun membasuh sikat giginya terlebih dulu sebelum ia menuangkan pasta gigi di atasnya.

Tidak butuh waktu lama, Winnie pun membuang busa dan sisa pasta gigi dari mulutnya di wastafel, lalu berkumur-kumur dengan cepat.

Kali ini, si hybrid menundukkan kepalanya. Nafasnya berhembus dengan berat begitu ia lihat adik kecil yang menggantung di sela-sela kakinya sudah lemas dengan sisa cairan yang mulai mengering.

Lagi dan lagi seperti yang diajarkan Bright dan sebagainya sang tuan biasa melakukannya, Winnie meraih tissue gulung yang ada di sisi wastafel lalu mengambil beberapa helai dari sana.

Perlahan namun pasti, Winnie mulai membasuh kemaluannya dengan lembut. Mulai dari lubang yang agak menutup di bagian ujung, kepala, batang hingga ke dua buah bola kembar di sisi kanan dan kiri batang kemaluannya.

Winnie terus mengulangi aksinya itu beberapa kali, memastikan kejantanannya kering dan bersih, sambil sesekali mendesah atas pergerakan yang ia lakukan sendiri.

Biasanya, Bright yang akan membersihkan seluruh tubuhnya setelah mereka selesai bercinta. Sang tuan akan dengan lembut dan penuh kehati-hatian menyapukan tissue di beberapa titik yang terkena noda cairan putih. Bright juga akan dengan senang hati menciumi titik-titik tersebut setelah kering dan bersih, bahkan lelaki itu juga tak malu-malu untuk menggoda sang hybrid dengan gigitan-gigitan kecil yang sukses membuat si Manis terkekeh geli.

Just by thinking of how gentle his master did him after sex, Winnie got goosebumps all over his body.

Semakin ingin disentuh dan dicintai oleh Bright di waktu yang bersamaan.

“It's been two days… and Winnie is going crazy...” ah, gila… Winnie bisa gila…

Satu tangan si kucing manis bertumpu di sisi wastafel, sedangkan satu tangannya yang lain mulai bergerak memompa dada sebelah kanan. Tubuh semampai berkulit putih bak porselen milik Winnie sesekali menunduk menahan sensasi yang tercipta, desahan berat turut tertahan di ujung lidah, tidak tuntas ketika akan diucap.

Winnie meremas dada kanannya lagi, kali ini lebih kuat, “Where is Masbie's touch that Winnie deserves...”

Dua hari tanpa Bright, nyatanya mampu membuat Winnie menggila dengan ilusi yang terasa begitu nyata.

Lalu dalam hitungan detik, pergerakan si Manis berhenti.

Kepala Winnie menggeleng beberapa kali. Hybrid itu berusaha menghilangkan segala pemikiran kotornya kalau tidak mau si adik kembali berdiri dan berujung kerja sendiri, seperti semalam.

Kemudian Winnie turut membersihkan selangkangannya, paha dalam dan beberapa bagian tubuhnya sampai dirasa tak ada lagi bekas yang tertinggal.

Setelah membuang lembaran tissue terakhir ke tempat sampah, Winnie beranjak menuju bathtub dan mengisi bak tersebut dengan air hangat. Begitu terisi cukup penuh, Winnie menumpahkan sedikit cairan sabun ke dalam genangan air dan masuk ke dalam sana.

Biasanya, sang tuan akan memeluknya dari belakang ketika berendam air hangat. Bright akan dengan semangat dan perlahan-lahan menggosok setiap sisi tubuhnya sampai bersih, lalu seperti biasa… akan ada beberapa kecupan yang dibubuhi di bahu maupun tengkuk dan telinga si hybrid.

Winnie rasanya mau gila. Setiap kegiatan yang ia lakukan hanya akan membuat kucing manis itu teringat pada sosok sang majikan yang entah kapan akan pulang ke rumah. Masbie-nya tidak bilang apa-apa, jadi Winnie tidak bisa mempersiapkan diri.

Padahal, Winnie ingin sekali memasakkan makanan kesukaan Bright untuk menyambut kepulangan lelaki itu. Tapi ya sudahlah, Winnie hanya bisa menunggu… sampai harinya tiba.

. . .

Winnie rasa, ia benar-benar sudah gila. Terlalu banyak memikirkan sang tuan, Winnie sampai tidak sadar kalau sekarang ia hanya berbusana tipisㅡ mengenakan kemeja putih milik Bright, yang besarnya sampai menutupi setengah paha.

Pergerakan sendok teh yang berputar di dalam gelas terhenti begitu saja. Winnie menatap dirinya sendiri yang terlihat begitu mungil, tenggelam dalam kemeja kebesaran milik Bright. Winnie mengangkat tangan kirinya, bahkan jari-jemarinya saja ikut tenggelam di balik lengan kemeja itu.

Terlalu besar, Winnie jadi berpikir mengapa ia sama sekali tidak sadar kalau ia memilih kemeja milik Bright untuk dipakai.

Tidak mau menyangkal perasaannya, sang hybrid lantas berujar, “Winnie is missing Masbie a little too much...”

Tampaknya, Winnie sudah sangat terbiasa dengan eksistensi Bright di sisinya.

Winnie kembali mengaduk susu coklatnya di dalam sebuah mug berwarna hijau tosca. Biasanya akan ada 3 mug yang berdiri sejajar di atas meja, milik Masbie yang berwarna putih, milik June yang berwarna merah muda dan miliknya sendiri yang berwarna hijau tosca. Tapi kali ini, hanya ada mug miliknya yang berdiri di sana.

“June sudah sarapan belum ya...”

Ting, Winnie mengetuk ujung sendoknya di permukaan mug lalu menenggak isinya sedikit demi sedikit.

“Kasihan June, belakangan ini June harus berangkat lebih pagi untuk kuliah karna tidak ada Masbie yang mengantar dan mobil milik June masih di bengkel…”

Matanya melirik ke arah meja makan dan mendapati beberapa buah di sana. Ada pisang, apel, strawberry dan anggur yang tersusun rapi di atas sebuah keranjang besi. “Pasti June hanya sempat memakan beberapa buah untuk sarapan...” ucap Winnie, di dalam hati.

Hybrid itu tampak berpikir sejenak. Sepasang obsidian kecoklatannya masih menatap lurus pada jejeran buah-buahan itu. Then beberapa detik kemudian, ujung bibirnya terangkat membentuk seulas senyum tipis.

“Winnie akan membuatkan jus buah untuk June nanti siang, ah! June pasti suka...”

Setelah mendapatkan ide cemerlang untuk menyenangkan hati June nanti siang, Winnie pun kembali memutar arah tubuhnya menghadap ke meja dapur. Winnie mengangkat kembali mug hijau tosca di tangannya, lalu menenggak sisa susu cokelat di sana lamat-lamat.

Ketika merasa senang akan sesuatu, Winnie secara spontan akan menutup matanya. Karena susu cokelat adalah salah satu minuman kesukaan Winnie, sang hybrid pun memejamkan mata sambil terus menikmati cairan yang menembus rongga mulutnya.

Terlalu senang, terlalu menikmati, sampai-sampai kucing manis itu nyaris menyemprotkan isi di dalam mulutnya ketika ada sepasang tangan melingkar di pinggangnya.

Dua mata Winnie membelalak, jantungnya berdegup dengan begitu kencang.

Ia tidak berani bergerak, terlalu takut dan juga terkejut. Pun juga tidak berani menebak-nebak, siapa yang saat ini sedang memeluknya dari belakang.

Winnie menggeser mug miliknya, dan pergerakan yang tak sengaja menghasilkan bunyi gesekan itu tentu mengundang perhatian sosok di belakangnya.

Deru nafas hangat mulai menyapu perpotongan leher si manusia kucing. Cup, bahkan ketika sebuah kecupan mampir di pipinya pun, Winnie belum berani untuk bergerak.

“Sayang, kok Mas pulang nggak disambut, hm?”

Jantung Winnie semakin berdegup cepat. Suara itu… suara berat dari seseorang yang amat sangat dirindukannya. Lantas tanpa pikir panjang, Winnie menoleh ke belakang.

“MASBIEEE!!!”

Itu Bright. Masbie-nya sudah kembali pulang ke rumah.

Bright terkekeh melihat raut bahagia dan binar antusias di sepasang mata sang hybrid. Satu kali lagi, Bright mencuri satu kecupan dari si Manis. Kali ini, ranum merah muda Winnie yang dihiasi sisa susu cokelat menjadi target utama Bright.

Bright mencium Winnie begitu dalam, menyalurkan rindu yang tertahan selama dua hari lamanya.

Tanpa mengurangi intensitas ciuman keduanya, Bright perlahan-lahan mengangkat tubuh Winnie untuk duduk di atas meja dapur. Srtttt, dan tanpa sengaja menyenggol mug milik sang hybrid yang semakin bergeser jauh.

Bright memagut bibir Winnie penuh perasaan. Memberi kepuasan lewat lumatan dan hisapan yang ia hadiahkan di bibir bawah kucing manis itu.

Tangan kiri Bright bertumpu di sisi kanan tubuh Winnie, dan tangan kanannya bertumpu di sebelah kiri. Bright mengunci tubuh Winnie dengan dominasi yang ia bangun di sela-sela ciuman keduanya. Bright memajukan tubuhnya ketika ia mengulum bibir sang hybrid lebih dalam lagi, si empunya tubuh sampai harus mundur beberapa kali, terdorong oleh tenaga sang tuan.

Bagaikan sebuah insting, Winnie mengangkat kedua tangannya untuk mengalung di leher jenjang Bright. Jari-jari panjangnya yang semalam sibuk membelah lubang senggamanya seorang diri, kini mengusap lembut tengkuk dan cuping telinga si majikan. Telapak tangan yang semalam aktif bergerak naik dan turun mengocok kemaluannya seorang diri, kini meremat kuat surai hitam sang tuan. Menariknya pelan guna melampiaskan nikmat yang didapat. Ahhhh, desahan pun tak lagi mampu disembunyikan, Winnie mendesah tepat di depan bibir Bright.

Kesempatan itu tentu langsung dimanfaatkan oleh si lelaki yang lebih tua untuk melesakkan lidahnya masuk ke dalam rongga mulut sang hybrid. Winnie meremang sebadan-badan, tubuhnya mulai bergerak gelisah ketika telapak tangan sang tuan mulai menyapa kulit halusnya dari balik kemeja.

Winnie pasrah, menyerah pada kuasa dominasi Bright di kala lidahnya kini dikulum dengan begitu cepat. Pelukannya di leher jenjang Bright semakin erat, ujung ibu jari sang majikan kini bermain liar di dadanya.

“Mmhhh,” semakin dalam, semakin menggila. Bright mulai membawa lidahnya untuk menyapu seluruh isi mulut si kucing manis. Dinding mulut, langit-langit juga deretan gigi rapi Winnie pun tak luput dari sapuan lidah sang dominan.

Bright membawa bibirnya untuk mengecup sudut bibir Winnie. Kemudian turun menuju tulang rahang, bawah dagu dan berhenti tepat di jakun sang hybrid yang bergerak naik turun.

Lidah Bright menari di sana untuk menyenangkan hati Winnie. Setelah menjilat salah satu titik sensitif si Manis, Bright mengecup bagian itu selama beberapa detik.

Winnie terengah-engah. Nafasnya hampir habis karena Bright sama sekali tidak memberinya waktu untuk mengais oksigen.

Sang tuan menatap ke arahnya dengan pandangan lapar. Lalu sepasang obsidian hitam si lelaki pekerja keras itu turun, dan jatuh tepat di tubuh bagian bawah miliknya.

Winnie tertegun, merasa terkejut dan berpikir keras sejak kapan kakinya sudah terbuka dan mengangkangi tubuh sang tuan begitu lebar.

Dan yang membuat Winnie semakin terkejut adalah… ia tidak sadar… kalau dirinya sama sekali tidak memakai pakaian dalam di balik kemeja kebesaran milik Bright yang sekarang ia gunakan.

Bright berdehem pelan, “you didn't wear anything inside?”

Sudah tidak ada celah untuk menyangkal dan menghindari pertanyaan sang tuan, Winnie pun bergumam pelan, “hu'um,” Winnie menatap Bright tepat di mata, “Winnie is sowwyyy for not wearing anything but Masbie's oversized white shirt.”

Sial, Winnie semakin pintar menggodanya dengan nada bicara dan sorot mata yang begitu seduktif. Susah payah Bright menelan salivanya, wajahnya kembali maju untuk meraih bibir Winnie dan keduanya lagi dan lagi hanyut dalam sebuah pagutan mesra yang cukup panjang.

Bright menutup ciuman itu dengan sebuah kecupan kupu-kupu di sudut bibir sang hybrid. Dengan sengaja, ia menyatukan dahinya dengan milik Winnie, lalu bernafas di sana.

Winnie terpejam menikmati wangi mint yang berasal dari mulut Bright, lalu dengan sengaja ia mencuri satu kecupan kilat di bibir Bright, dan tertawa kecil setelahnya.

“I miss you so much, Masbie…”

Bright mengelus pinggang ramping Winnie lembut, “Mas is sorry that Mas couldn't text you much these days. Work is sucks, sayang.”

Winnie mengangguk pelan menyahuti ucapan Bright, “It is okay, hihihi. How was it? Did Mas eat and sleep properly during the business trip?”

Kali ini giliran Bright yang mengangguk, “walaupun Mas nggak bisa selalu balas chat kamu, but Mas did eat and sleep properly because someone couldn't stop texting Mas and told Mas to eat at the right time and sent Mas cute sleepy kittens stickers at night, so Mas know that this naughty baby was asking Mas to sleep.” Winnie terkekeh saat Bright dengan jahil dan gemas menjawil hidungnya.

Winnie terdiam menatap sang tuan. Rasa rindu yang sempat tertahan kemarin rasanya sudah meledak saat ini juga.

“So, mind to tell Mas why is Winnie wearing nothing but Mas's shirt?”

Rona merah kembali memenuhi pipi Winnie yang terlihat seperti tomat. Cuping telinganya ikut bergerak agak sedikit lincah, senang dan malu di waktu yang sama.

Winnie menggigit kecil bibir bawahnya, lalu berujar malu-malu, “Winnie terlalu merindukan Masbie,” ada jeda di ujung kata-katanya. Bright kembali mengusap pinggang polos Winnie dengan tangannya, “Okay, lalu?”

“Winnie couldn't help but touch myself at night before sleep...”

Satu alis tebal Bright bertaut, “did Winnie reach the white?”

Sang hybrid mengangguk pelan, “Uhm,” lalu diusapnya penuh sayang pipi tirus sang tuan, “I did, Masbie.”

Bright mengecup dahi Winnie yang tertutupi beberapa helai anak rambut. Sang hybrid tersenyum, tangannya bergerak mengusap tengkuk sang tuan.

Kepala Bright menunduk menatap kejantanan Winnie yang entah sejak kapan sudah berdiri. Lalu tanpa kata yang terucap, Bright membuka kaki Winnie lebih lebar lagi. Lelaki itu mengelus paha dalam Winnie dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya perlahan-lahan mulai menanggalkan celana bahan berwarna hitam yang ia pakai.

Gesper kulit sudah terlepas, dan tergeletak pasrah di lantai.

Jari-jari lentik Bright menyentuh resleting di bagian tengah. Winnie mengikuti setiap pergerakan tangan sang tuan dengan matanya. Bright dapat melihat kabut nafsu di sepasang mata si hybrid. Lalu dengan sengaja, Bright memperlambat gerakannya, resleting itu tak kunjung tiba di ujungnya.

Winnie menggeram seraya menunggu dengan tidak sabar. Seolah tak bisa menunggu Bright lebih lama, Winnie menyentuh kejantanannya sendiri dan membawa telapak tangannya bergerak naik turun.

Bright tidak melarang. Tidak juga menyuruhnya untuk berhenti.

Winnie terus mengocok kejantanannya, sambil mengangkat pandangannya, menatap sang tuan tepat di mata.

Celana bahan Bright sudah jatuh menyentuh lantai. Pakaian dalamnya juga sudah ikut tergeletak di sana, membiarkan sang empunya tubuh kini polos tak berbusana di bagian bawah.

Sorot mata Bright ikut menajam. Bilah bibir si hybrid yang terbuka, menganga, menambah kesan seksi pada kucing manis itu. Bright, terangsang dengan begitu mudah.

Ingin mengapresiasi kerja keras dan kesabaran Winnie dua hari ini, Bright pun turut mengocok kejantanannya dengan pelan. Sama persis dengan apa yang Winnie lakukan.

“Winnie tidak kedinginan hanya memakai kemeja tipis ini?”

Masih sambil mengocok kuat, Winnie susah payah berusaha menjawab meski rasa nikmat mulai membuat buta dan melayang, “t-tidak, Masbie… Ahhhㅡ”

“Do Winnie wants Mas's fingers inside?” jari telunjuk tangan kiri Bright menggoda si Manis tepat di lingkaran cincin lubang senggamanya, Bright memasukkan sedikit ujung jarinya ke sana.

Winnie mengerang, tubuhnya lambat laun meremang dan bergetar, “Masbie, p-please...”

Jari telunjuk Bright semakin masuk, membelah dinding rektum yang selalu menyambutnya dengan antusias.

Kocokan tangan Winnie di kejantanannya melemah, tubuh Winnie maju ke depan, kepalanya terhempas ke belakang.

“Ahnnngg,”

Bright meraup puting kiri Winnie dengan begitu lapar. Tanpa aba-aba, jari tengahnya kini ikut melesak masuk. Bekerja sama dengan sang telunjuk untuk menjemput rasa di titik pusat.

Winnie meremas bahu kanan Bright kuat-kuat, “Ssshhh, ahhhㅡ”

Bibir Bright terus mengulum puncak kecoklatan milik Winnie yang menegangkan sempurna. Lidahnya sesekali terjulur, membasahi noktah yang kini sedang dikulumnya dengan lapar.

Jari manis, alias jari ke-3, sudah masuk.

Bright membawa tiga jarinya bergerak masuk lalu keluar secara repetisi. Bright berusaha memasukkan jari-jemarinya lebih dalam lagi… sangat dalam… lebih dalam… hingga membuat sang hybrid bergetar hebat,

“AHHHHHH,” Winnie menjemput putihnya, ketika ujung jari-jari sang tuan berhasil menumbuknya tepat di pusat.

Bright membawa bibirnya naik menuju cuping telinga si Manis. Dikulumnya bagian tersebut dengan lembut, “What should Winnie say before getting fucked by Mas?”

Winnie yang masih berada di awan pasca orgasme pertamanya pagi itu pun harus bersusah payah menjawab pertanyaan sang tuan, “mmmmh,”

“Winnie wants Masbie's kontol… give Winnie the big kontol i deserves,”

Demi Tuhan, Bright mau gila rasanya.

Kondisi Winnie yang sudah pasrah, bergetar, terengah-engah, membuat Bright ingin berteriak saat itu juga.

Bagaimana bisa… seseorang terlihat begitu cantik, manis dan sempurna ketika desperately asking for a dick?

Tapi sepertinya, Bright tidak mau begitu saja menuruti permintaan sang hybrid dengan mudah.

Bright membawa wajahnya pada perpotongan leher Winnie. Bibirnya menjamah setiap inci kulit halus di depannya, kecupan kerap ia berikan di sana. Membuat Winnie, lagi dan lagi mendesah penuh nikmat.

Bright turut menjilati kulit putih si hybrid. Tengkuk, leher, jakun (lagi), bahu, dada Winnie kini sudah basah dengan saliva.

Wajah Bright kembali naik, kali ini berhadapan dengan wajah si Manis.

Cup, Winnie mengerjap ketika Bright tiba-tiba mencium bibirnya.

“Coba satu kali lagi, sayang,” Bright menggesek ujung kejantanannya di selangkangan Winnie, “ask Mas more naughty.”

Winnie menggeram. Gesekan Bright di bawah sana semakin membuat hybrid itu kehilangan warasnya, “M-masbie,”

“Yes, pretty?”

“Masbie… M-masbie,”

“Hm?” Bright menggigit kecil daun telinga Winnie yang sayup-sayup bergerak naik turun, “Winnie mau apa?”

Sambil menatap sang tuan begitu frustrasi, Winnie memohon, “Winnie is craving for Mas's kontol… p-please, fuck Winnie now… Winnie mau kontol… kontol… kontol Masbie…”

Damn, kalau sudah begini, Bright mana bisa menolak?

Bercinta dengan posisi Winnie duduk mengangkang lebar di atas meja dapur tampaknya bukan hal yang buruk, 'kan?

. . .

JEYI // 210530.